BUTON SELATAN, – Sebelas tahun telah Buton Selatan berdiri sebagai wilayah otonom, simpan beragam narasi unik mengenai sejarah, tradisi, sampai kekuatan sumber daya.
Hari menjadi kesebelas Kabupaten Buton Selatan tahun ini menjadi momen monumental dengan diadakannya acara tradisi kande-kandea secara pertama.
Pada Hari Rabu, 23 Juli 2025, sekitar 356 talang dipersiapkan dalam penerapan adat itu sebagai lambang penghormatan budaya lokal. Acara ini mengikutsertakan keterlibatan luas dari beragam lembaga, warga tradisi, dan figur lokal.
Penjabat Sekretaris Wilayah Buton Selatan, La Ode Darus Salam, sampaikan apresiasinya ke semua pihak yang terturut dalam mensukseskan perayaan ini.
Dia memandang penerapan kande-kandea sebagai representasi kuat dari jati diri budaya yang sejauh ini dijaga oleh warga Buton Selatan. Adat ini diharap menjadi penguat watak wilayah di tengahi pembangunan yang tetap digiatkan.
Karena itu telisikers, silahkan mengenali lebih dekat sama Buton Selatan dan isi antiknya yang jarang-jarang diketahui.
Argumen Pemekaran dan Masalah Akses Ke arah Pasarwajo
Berdasar informasi dari Wikipedia, Kamis (24/7/2025), Buton Selatan sah menjadi kabupaten di tahun 2014 sesudah dimekarkan dari Kabupaten Buton. Pemekaran ini didasari oleh masalah akses dan servis public yang dirasa warga di daerah selatan Buton.
Saat itu, pusat pemerintah Kabupaten Buton ada di Pasarwajo, tetapi warga Buton Selatan harus lewat Kota Baubau lebih dulu untuk ke arah ke situ.
Keadaan geografis yang terbagi dalam rangkaian beberapa pulau seperti Kadatua, Siompu, dan Batu Atas makin perkuat argumen pemekaran. Beberapa pulau ini ada di teritori terpisahkan dari Pulau Buton, dan beberapa bahkan juga bersebelahan secara langsung dengan daerah perairan Nusa Tenggara Timur.
Sejarah Panjang semenjak Zaman Kesultanan Buton
Jauh saat sebelum menjadi kabupaten, daerah Buton Selatan telah exist semenjak saat Kesultanan Buton. Dalam document hukum Martabat Tujuh yang dari sekitaran tahun 1610, disebut beberapa nama area dan petinggi yang memerintah daerah yang sekarang menjadi sisi dari Buton Selatan.
Sejumlah figur penting saat itu ibarat Menteri Baluwu, Lakina Batauga, Menteri Gama, dan Menteri Siompu menjadi sisi dari susunan pemerintah tradisi Kesultanan Buton. Daerah-daerah ini termasuk Sampolawa, Batauga, Kadatua, Siompu, dan lain-lain. Buton.
Pemerintah Buton Selatan Saat Pemekaran
Sesudah sah berdiri sebagai kabupaten sendiri, Buton Selatan mulai membuat susunan pemerintah definitif. Bupati pertama kali yang dikukuhkan dengan sah ialah Agus Feisal Hidayat, yang memegang semenjak Mei 2017 sampai Mei 2018. Dia selanjutnya diganti oleh La Ode Arusani dari PDIP yang memegang sampai tahun 2022.
Sekarang ini, bangku Bupati Buton Selatan dijabat oleh Muhammad Adios dari Partai Gerindra semenjak Februari 2025. Dia menjadi figur petahana yang pimpin arah pembangunan wilayah pada masa selanjutnya.
Pemerintah kabupaten ini selalu menggerakkan pembangunan infrastruktur dan servis dasar di daerah dataran atau kepulauan.
Macam Etnis dan Jati diri Sosial Warga
Warga Buton Selatan mempunyai background etnis yang berbagai ragam, tetapi pada umumnya dikuasai oleh etnis Ciacia dan Wolio. Walau tidak ada persetujuan akademis masalah jumlah tentu etnis di Buton, keanekaragaman ini memperlihatkan kekayaan budaya yang dipunyai oleh warga lokal.
Dari sisi agama, sebagian besar warga Buton Selatan memeluk agama islam dengan prosentase capai 99,97 %. Bekasnya beragama Kristen sekitar 0,03 %. Susunan sosial warga dibuat lewat karier yang berbagai ragam seperti petani, nelayan, pelaut, pedagang, dan karyawan jasa.
Kekuatan Rotan, Agel, dan Cendera Mata Ciri khas
Buton Selatan simpan kekuatan sumber daya alam non-migas yang lumayan janjikan. Satu diantaranya ialah rotan tangkai yang diperbudidayakan di tempat selebar 150 hektar, dalam jumlah produksi capai 85.604 tangkai rotan. Nilai produksinya capai lebih dari Rp34 juta.
Disamping itu, tanaman agel atau palm agel tumbuh di daerah ini dan digunakan sebagai bahan baku tali untuk bermacam kerajinan. Produk unggulan hasil dari olahan ini ialah tas tangan Agel, yang menjadi satu diantara cendera mata ciri khas Sulawesi Tenggara dan menjadi produk UMKM favorit dari Buton Selatan.
Daya tarik Rekreasi: Dari Pantai sampai Adat Tradisi
Dari bidang pariwisata, Buton Selatan mempunyai kekayaan tujuan alam, budaya, dan sejarah. Sisa benteng warisan Kesultanan Buton tetap berdiri kuat sebagai saksi sejarah. Disamping itu, warga Ciacia yang tetap menggenggam tegar adat tradisi ikut membuat bertambah khasanah budaya lokal.
Beberapa pantai berpasir putih sama air jernih dan keelokan bawah laut sama seperti yang ada di Basilika (Batu Atas, Siompu, Liwutongkidi, dan Kadatua) menjadi daya magnet tertentu untuk pelancong.
Kekuatan pariwisata ini menjadi satu diantara bidang yang diperkembangkan pemda untuk tingkatkan penghasilan dan buka lapangan pekerjaan baru.
Lapa-Lapa dan Kambewe: Kulineran Lebaran yang Iconic
Kehidupan warga Buton Selatan tidak terlepas dari budaya kulineran lokal yang unik. Satu diantara makanan paling iconic di wilayah ini ialah Lapa-lapa.
Sajian ini dibuat dari beras ketan putih atau hitam yang diolah santan dan dibuntel daun. Lapa-lapa umumnya dikonsumsi saat Lebaran bersama ikan asin dan sambal kaluku.
Selainnya Lapa-lapa, ada pula Kambewe dengan bahannya dasar jagung muda. Gabungan jagung, gula merah, dan kelapa parut jadikan makanan ini mempunyai rasa yang manis natural serta struktur yang unik. Kambewe menjadi hidangan favorite warga lokal dalam beragam acara keluarga atau aktivitas tradisi.
Kekhasan Pulau Batu Atas: Titik Paling Selatan Sultra
Satu diantara daerah paling unik di Buton Selatan ialah Pulau Batu Atas, sebagai titik paling selatan di Propinsi Sulawesi Tenggara. Pulau ini bersebelahan secara langsung dengan perairan Nusa Tenggara Timur dan menjadi teritori vital dari segi maritim.
Kehadiran Batu Atas dan beberapa pulau yang lain seperti Kadatua dan Siompu membuat bertambah profile geografis Buton Selatan. Daerah kepulauan ini menjadi rintangan tertentu dalam soal servis infrastruktur, tetapi sekalian buka kesempatan besar di bidang pariwisata dan kelautan.