Suwandi (22), pemuda asal Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara, mencatat prestasi hebat sebagai alumnus terbaik Institut Pemerintah Dalam Negeri (IPDN) angkatan XXXII Tahun 2025.
Pengukuhan didului upacara yang dikomandoi oleh Benny Dwifa Yuswir dan RM Arief Moelia Edie sebagai perwira upacara dan Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian sebagai inspektur upacara.
Suwandi berpeluang secara langsung menjadi perwakilan wisudawan yang dikukuhkan Mendagri Tito dan mendapatkan lencana Kartika Astha Brata ke alumnus terbaik IPDN angkatan XXXII.
“Saya purna praja Suwandi dari Kabupaten Buton, Propinsi Sulawesi Tenggara. Tahun masuk IPDN tahun 2021. Alhamdulillah barusan barusan dikukuhkan oleh Bapak Mendagri sebagai alumnus terbaik IPDN angkatan 32,” kata Suwandi dengan senang.
Perjalanan Suwandi sampai di titik ini bukanlah tanpa halangan. Anak dari pasangan pedagang bakso, Samin (58) dan Wa Mesi (54), ini harus tempuh perjuangan panjang sejak awal kali penyeleksian.
“Saya dari wilayah yang lumayan jauh, tidak dari wilayah kota. Tetapi dapat bertahan, dapat capai nilai paling tinggi IPDN angkatan 32.”
Kesuksesan Suwandi menjadi bukti jika kebatasan geografis dan ekonomi bukan penghambat. Sebagai putra wilayah Buton, Sulawesi Tenggara, dia harus tempuh perjalanan panjang sepanjang proses registrasi. Ditambahkan, penyeleksian IPDN berjalan saat wabah Covid-19 menerpa.
“Saat itu banyak halangan, banyak rintangan yang ditemui. Tetapi tidak menurunkan semangat saya untuk menjadi praja. Dari Buton ke Kendari saja perlu 6-8 jam naik kapal laut,” katanya.
Walau asal dari keluarga sederhana, Suwandi terus mencatatkan prestasi akademis sejak awal kali penyeleksian. Support kepribadian dan material dari ke-2 orang tuanya menjadi dasar kesuksesannya.
“Orangtua benar-benar berperanan dalam memberikan dukungan, baik dari sisi kepribadian, moral, atau material,” katanya.
Sebagai bentuk bakti, Suwandi mengharap dapat berbakti di Kementerian Dalam Negeri, sama sesuai keinginan orang tuanya. Dia ingin mengganti nasib keluarga dengan kedudukan vital yang dapat dicapainya nantinya.
“Mudah-mudahan peletakan kelak sama sesuai keinginan orangtua. Kami minta doanya supaya bisa menempati kedudukan vital di pemerintah,” katanya.
Ke anak muda di wilayah, Suwandi memberi pesan tidak untuk berserah memburu harapan. Dia yakin tiap usaha yang ikhlas pasti dibalas hasil yang sebanding.
“Untuk beberapa adik yang ingin mendaftarkan IPDN, jangan putus asa, jangan gampang berserah. Rintangan tidak berarti batas,” katanya.
Selain itu, orangtua Suwandi yang namanya Samin (58) dan Wa Mesi (54) setiap hari berdagang bakso di muka rumah semenjak Suwandi duduk di kursi SMP kelas 2. Mereka tidak dapat meredam haru dan senang saat anaknya berdiri sebagai alumnus terbaik nasional.
“Sebelumnya tidak pernah terpikir jika anakku menjadi wisudawan yang terbaik,” sebut Wa Mesi.
Dia juga menjelaskan jika keberhasilan anaknya tidak lepas dari terlibat si pembuat. “Kuncinya kerap berdoa, kerap sholat tahajud, dan bersholawat Fadjriyah.”
Dari anak penjual bakso, sekarang Suwandi menjadi lambang keinginan dan ide. Dia menjadi contoh riil asal tidak dari kota besar bukan kendala untuk raih prestasi paling tinggi pada tingkat nasional.
“Saya program study management sumber daya manusia bidang public. Mudah-mudahan ini menjadi awalnya saya berbakti untuk negeri dan membesarkan hati orangtua,” bebernya.
Dalam sambutannya saat sebelum mengangkat, Mendagri Tito mengutamakan kesuksean Suwandi menunjukkan tugas orangtua bukan dasar anak mereka tidak bisa raih prestasi berkilau. Inj menjadi bukti instansi pendidikan IPDN dapat cetak angkatan yang berkilau.
“Dan saya sampaikan animo ke lembaga IPDN karenanya deskripsi siapakah yang lulus rupanya beberapa anak orang biasa bermakna mekanisme belajar mengajarkan di IPDN baik sekali. Sebab bisa pilih orang dengan kekuatan, bukan lantaran faktor orang tuanya,” papar Tito.